Article Detail
PENDAMPINGAN REMAJA SEX EDUCATION
Kehidupan
remaja khususnya siswa-siswi kelas VII menghadapi beragam tantangan. Pada masa
remaja, usia mereka adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja dimana
anak sedang mencari jati dirinya. Anak menjadi pribadi yang dewasa perlu
dukungan dan pendampingan dari berbagai pihak salah satunya adalah sekolah. Sekolah
bukanlah tempat yang utama, tetapi orang tua yang mempunyai peran utama bagi
diri remaja itu sendiri.
SMP
Sint Carolus selalu berupaya agar pendampingan untuk siswa-siswi tetap mereka
dapatkan. Meski di situasi pademi covid
19 masih sangat sulit dilakukan pendampingan secara langsung, pendampingan
secara virtual merupakan solusi yang sangat efektif guna terpenuhinya setiap
kebutuhan siswa-siswi.
Berkaitan dengan hal
tersebut, SMP Sint Carolus mengadakan pembinaan dalam rangka mempersiapkan karakter
anak agar lebih mengenal diri dengan baik, memahami perkembangan diri yang
sedang dialami, baik secara fisik, biologis, kejiwaan, maupun seksual, sehingga
mampu mensyukuri karunia Tuhan.
Kegiatan pembinaan yang dilaksanakan
pada hari Rabu, 14 April 2021 mengangkat materi tetang Sex Education. Kegiatan berjalan secara virtual menggunakan Zoom Meeting dengan dua sesi pembicara. Pembicara atau narasumber dalam
kegiatan tersebut Suster Greta CB. dan dr. Raymond Oswari yang merupakan alumni
dari TK, SD, dan SMP Sint Carolus Bengkulu dan sekarang bekerja di RSUD Tais
dan RSUD Bengkulu Tengah.
Kegiatan ini berlangsung selama dua
setengah jam, mulai pukul 10.00 hingga pukul 12.30 WIB, sesi pertama oleh
Suster Greta tentang “Memahami Seksualitas sebagai Anugerah”
dan sesi
kedua bersama dr. Raymond tentang “Kesehatan
Reproduksi Remaja”. Pertemuan diawali dengan
doa pembukaan yang dipimpin oleh Filipi dari kelas 7B dan kata pengantar dari
Kepala Sekolah yang diwakili oleh Bapak Deko Satrio selaku Pembina OSIS.
Siswa-siswi
begitu antusias dalam mengikuti kegiatan pembinaan ini. Terlihat dari banyaknya
pertanyaan yang diajukan, salah satunya dari
Michele Valetina kelas 7A saat sesi pertama oleh Suster Greta, “Mengapa
ada transgender?” tanyanya.
Jawaban
yang diberikan oleh narasumber bahwa adanya transgender
timbul karena ada masalah atau tekanan yang terjadi pada diri orang tersebut,
kita tidak boleh menghina, menyalahkan, yang harus kita lakukan adalah
memberikan dukungan agar dia selalu ingat Tuhan dan kita doakan orang tersebut.
Pertanyaan
saat sesi kedua oleh dr. Raymond dari Ragita kelas 7C, “Bagaimana cara kita
agar terhindar dari perlakukan kejahatan sexual secara verbal di media sosial?”
tanyanya.
Narasumber
yaitu dr. Raymond menjawab, hal ini kembali pada diri kita sendiri, bagaimana
cara dan sikap kita terhadap penggunaan media sosial. Menggunakan sosial media
dengan bijak adalah kuncinya. Memilah-milah sesuatu mana yang baik dan mana
yang tidak baik, juga bisa dilakukan.
Kegiatan ditutup dengan doa penutup oleh Cecilia Aurel dari kelas 7A. Hasil refleksi yang anak-anak berikan saat penutupan kegiatan, sebagian besar dari mereka memahami materi yang disampaikan narasumber dan mengatakan bahwa pembinaan ini sangat bermanfaat bagi mereka. Salah satu manfaat yang mereka rasakan yaitu menambah ilmu pengetahuan tentang pandangan agama mengenai seks, mengetahui nama dan fungsi alat reproduksi, pentingnya menjaga kesehatan alat reproduksi, resiko ketika kecanduan menonton konten yang berbau pornografi, serta bahaya pergaulan bebas.
Terlaksananya kegiatan ini diharapkan dapat
menjadi dasar pengetahuan pendidikan seks bagi siswa kelas VII SMP Sint
Carolus. Sehingga, di masa depan terbentuk karakter anak yang sejalan dengan
kehendak Tuhan dan memahami bahwa pendidikan seks hal yang perlu dipahami dan
dipelaari, serta dipergunakan dengan bijaksana. (EN)
-
there are no comments yet