Setiap tahunnya program kehumasan SMP Sint Carolus mengadakan acara sosialisasi tentang visi misi, tata tertib, kurikulum, dan Pendidikan Karakter Tarakanita (PKT). Kegiatan ini berlansung pada hari Rabu, 8 Agustus 2018 dari pukul 15.30 sampai dengan pukul 17.30 WIB, bertempat di aula SMP Sint Carolus Bengkulu. Pada kesempatan ini peserta yang diundang adalah orangtua/wali murid kelas VII dan kelas VIII, IX yang baru masuk di SMP Carolus. Kegiatan ini bertujuan agar orangtua/wali murid mengetahui dan memahami tentang visi misi, tata tertib, kurikulum, dan  PKT yang ada di SMP Sint Carolus Bengkulu.

“Guru pasti pintar. Kalau tidak pintar tidak bisa menjadi guru.” Anggapan itu sudah tidak tepat lagi dipakai di zaman “now”. Di era seperti sekarang, guru bukan satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik. Peserta didik dapat dengan mudah mengakses informasi dari mana saja dalam hitungan detik. Meskipun demikian, peran guru masih sangat diperlukan. Guru bukan hanya mengajar akademik tetapi juga mendampingi tumbuh kembang karakter siswa.

Apel Besar Hari Pramuka ke-57 tahun 2018 di Bengkulu dilaksanakan tepat tanggal 14 Agustus 2018, bertempat di halaman Kantor Gubernur Bengkulu. Apel Besar ini diikuti oleh perwakilan Gugus Depan baik Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega, Para Pramuka Dewasa, Para anggota Mabi, Andalan, dan Mitra Pramuka. Bertindak sebagai pembina Upacara adalah PLT Gubernur Bengkulu kak Rohidin Mersyah. Sehari sebelum Apel Besar dilaksanakan, diadakan Ziarah ke Taman Makam Pahlawan Balai Buntar Bengkulu. Untuk kedua kegiatan ini Gugus Depan 03009-03010 Pangkalan SMP Sint Carolus Bengkulu mengirim dua regu inti sebagai utusan yakni Regu Naga dan Regu Cendana.

Sampah merupakan permasalahan yang tak kunjung usai, namun tentu saja bukan berarti kita tak mampu mengurai permasalahan pelik ini. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sampah secara umum dibagi menjadi dua organik dan non organik. Kali ini SMP Sint Carolus lebih memusatkan perhatian terlebih dahulu terhadap sampah organik. Kondisi sekolah yang dikelilingi oleh banyak pepohonan rindang, tentu saja menimbulkan konsekuensi banyaknya sampah dedaunan setiap hari. Jika tidak diolah, tentu saja teramat sayang jika dibuang begitu saja. Maka, SMP Sint Carolus memilih untuk mengolahnya menjadi kompos.

Bukan hal yang mengagetkan lagi, bahwa rokok telah menjadi bagian dari kaum remaja. Remaja yang berada dalam masa senang berkumpul dan mencari jatidiri, seringkali menjadikan rokok sebagai pilihan gaya hidupnya. Sekolah sebagai rumah kedua bagi para remaja yang berstatus pelajar, menjadi salah satu pencegah agar para remaja tidak terjerumus dalam kebiasaan buruk ini.